RSS

Super Junior FanFiction: “Am I Marrying The Right Man? [Part VIII]“

16 Mar

 

 

Mid July 2010 – 10:35AM.

KURAPIKAN bajuku dan kusambar mantel, kunci mobil, serta tas dari atas meja rias. Kulangkahkan kakiku keluar kamar. Kemudian menyalakan mesin mobil saat sampai di halaman dan melesat keluar rumah. Setelah kejadian beberapa hari yang lalu, aku merasa secara resmi telah menjadi istri dari Choi Siwon. Walaupun sampai saat ini dia masih saja belum mengatakan kalau dia mencintaiku, tapi sejauh ini sikapnya sangat baik terhadapku.

Kemarin sore Heebon meneleponku dan bilang ingin bertemu. Awalnya aku menolak, tapi dia tak henti-hentinya memohon sambil menangis. Karena tak tega, aku menyetujui permintaannya. Sekarang aku sedang dalam perjalanan menuju dorm Angela.

Siwon semakin sibuk sekarang, bahkan ia jarang pulang. Dia baru saja memulai syuting film perdananya. Sebuah kemajuan pesat! Aku senang sekali saat mengetahuinya. Bermain film merupakan salah satu impian Siwon. Ingin sekali bertemu dengannya, tapi sayang sudah lima hari ini ia sibuk syuting di luar negeri.

Kuparkirkan mobilku dan masuk ke dalam sebuah gedung apartement yang masih satu lingkungan dengan dorm Super Junior namun berbeda gedung. Kumasuki liftnya dan berhenti di lantai lima.

Sekarang aku berdiri di depan pintu dorm Angela. Mengatur napas agar lebih rileks kemudian menekan interphone. “Ini aku…”

Tak lama kemudian pintu terbuka. Yuki menyambutku ramah, aku masuk ke dalam setelah dipersilakan. Saat memasuki ruang tengah, aku terkejut melihat keadaannya yang sangat kacau. Benar-benar berantakan seperti baru saja kebobolan maling. Dengan hati-hati aku bertanya pada Yuki.

“Heebon-eonni yang melakukannya,” jawabnya sembari menunjuk sebuah kamar.

Aku masuk ke dalam kamar yang ditunjuk Yuki dan menemukan Heebon tengah berbaring lemah sambil menangis. Dia menoleh saat menyadari kehadiranku dan buru-buru menghambur ke arahku dan memelukku dengan erat.

“Chaesa-eonni, aku memang perempuan jahat. Jika tidak, mana mungkin aku memintamu untuk datang kemari.”

“A-apa maksudmu?” tanyaku bingung dan Yuki keluar meninggalkan kami.

Heebon melepaskan pelukannya, kini dia berlutut di hadapanku. “Kumohon lepaskan dia!”

Mwo? Aku tak mengerti, siapa yang kau maksud ‘dia’?”

“Siwon-oppa! Kumohon lepaskan dia, Eonni. Aku benar-benar memohon padamu. Aku tak peduli lagi dengan harga diriku. Aku benar-benar ingin dia ada di sisiku…”

“Tapi, dia memang selalu berada di sisimu!”

“Sebagai suamiku! Bukan sebagai rekan kerja atau teman. Eonni, jika kau memang seorang wanita, kau pastinya paham bagaimana perasaanku saat ini. Aku benar-benar tak dapat hidup tanpanya. Eonni, jebal…”

Aku menggeleng keras, mulai ketakutan. Dia melihat gelengan kepalaku dan langsung memeluk kedua kakiku.

“Atas nama Tuhan. Eonni, aku benar-benar sangat memohon padamu. Lebih baik mati daripada hidup tanpa Choi Siwon!” jeritnya, “Eonni, pahamilah perasaanku!”

“Lalu bagaimana denganku? Apa kau memahami perasaanku? Aku juga mencintainya. Sangat mencintainya…”

“Kenapa kau datang dan memisahkan kami?” tanyanya menohok hatiku dan tiba-tiba saja perasaan bersalah menjalar dalam diriku.

M-mwoya?”

“Lagipula bukankah eonni pernah berjanji padaku akan menggugatnya cerai jika sudah tak mengandung lagi?”

DEG!

Brengsek! Dia membuka lagi luka lamaku. Dengan susah payah aku menutupnya dan kini dengan mudahnya dia membobol paksa membuka lukaku. Dengan paksa dan tanpa merasa kasihan aku berkutat melepaskan diri dari pelukannya dan berusaha keluar kamar.

“Eonni!” jeritnya. “Lebih baik aku mati!”

Aku tak peduli dan keluar dari sana. Tetapi ketika sampai di ruang tengah, Yuki menghalangiku di pintu keluar.

“Eonni, maaf aku sudah ikut campur, tapi kumohon pikirkanlah lagi! Sudah hampir seminggu Heebon-eonni tak makan karena Siwon sunbaenim sama sekali tidak menghubunginya. Berkali-kali dia mencoba untuk bunuh diri tapi selalu berhasil kami gagalkan. Kegiatan Angela hampir lumpuh. Padahal menjadi artis adalah impian terbesarnya selama ini. Dia mengorbankan seluruh hidupnya hanya untuk meraih impiannya tersebut. Eonni, Siwon sunbaenim adalah salah satu impian terbesarnya juga. Kumohon jangan hancurkan hidupnya seperti ini!”

Aku menarik napas meredam amarah dan berusaha menahan diri untuk tak menangis, “Jika nanti dia mendapatkan apa yang diinginkannya, lalu bagaimana aku melanjutkan hidupku?”

Yuki membuka mulutnya lagi, namun aku segera pergi dari sana. Terlalu lama di sana membuatku gila. Astaga, baru kali ini aku bertemu dengan orang seperti mereka. Jadi, sebenarnya yang egois itu aku atau mereka?

Kuinjak pedal gas dalam-dalam. Pikiranku penuh dengan kejadian barusan. Apa yang harus kulakukan? Aku juga merasakan apa yang dirasakan oleh Heebon. Aku tahu itu sangat sakit dan menderita,  tapi apa aku harus mengorbankan semuanya setelah seluruh keluarga Siwon mulai menerimaku dengan hangat? Dari sisi mana hal ini dapat dikatakan adil? Dari sudut pandangku atau Heebon? Mengapa kami harus dipusingkan dengan lelaki yang sama, yang bahkan mungkin sekarang kami berdua tak ada dalam pikirannya sama sekali.

Hp-ku berdering. Kuselipkan headset ke lubang telingaku. “Yoboseyo?”

“Chaesa-ya, eodiga? Aku ada di bandara sekarang. Baru saja tiba. Aku akan langsung pulang ke rumah.”

Siwon! Hebat, dia panjang umur. “Tidak. Jangan ke rumah! Aku akan menjemputmu. Kebetulan aku sedang di luar. Tunggulah, beberapa menit lagi aku sampai.”

 

YYY

 

SIWON mengayuh sepedanya kencang sekali meninggalkanku di belakang. Aku berteriak-teriak memanggilnya agar dia mau melambatkan laju sepedanya sehingga kami dapat berjalan beriringan dan mengobrol enak. Kini kami sudah berada di pinggiran sungai Han zona bersepeda. Kami kemari atas usulku.

“Yeobo, berhenti!” teriakku dan Siwon menurut. Dengan napas tersengal aku mengayuh sepedaku untuk sampai ke tempatnya. “Kita istirahat dulu.”

Siwon tersenyum geli melihatku tersengal-sengal. Dia membantuku memarkirkan sepeda dan membeli minuman. Setelah itu kami duduk di anak tangga yang menghadap sungai. Cuaca siang ini sangat cerah, benar-benar mendukung.

“Apa saja yang kau kerjakan selama aku tak ada?”

“Apa lagi? Tentu saja mengajar balet.”

Dia menyeruput kopinya, “Melihat Donghae?”

Aniyo, dia sedang sangat sibuk menciptakan lagu. Begitu pula dengan Jiwon yang sibuk menyiapkan konsep pernikahannya…”

“Pernikahan?”

Ne, kau belum diberitahu mereka?”

“Haissshhh si monyet itu benar-benar…,” aku terkikik geli dan dia menatapku, “…jadi selama ini kau dengan siapa?”

“Seera-eonni. Aku membantunya menjaga Chansoo. Hitung-hitung belajar, kan?” tanyaku riang namun langsung menyadari betapa bodohnya aku berkata seperti itu. Siwon membatu, dia masih menatapku lekat dan sepertinya sedang memikirkan sesuatu.

“Sebegitu inginnyakah kau memiliki anak?” tanyanya hati-hati.

Aku memilin ujung bajuku karena gugup dan memutar otak memilih kata-kata yang tepat. “Ya, terlebih lagi jika itu benihmu. Kupikir aku akan menjadi seorang wanita yang paling bahagia di dunia.”

Siwon tersenyum senang dan dia menggendongku masuk ke dalam mobil.

“Yeobo, sepedanya harus dikembalikan…”

“Tak apa-apa, sudah kubeli. Ayo, kita pulang! Aku lapar…”

Kukalungkan tangan kananku ke lehernya, sedangkan yang kiri membelai pipinya. “Lapar? Dengan wajah mesum seperti ini?”

“Hahaha,” dia menurunkanku dan membuka pintu mobil, kali ini dia yang menyetir, “Kyuhyun bilang padaku kalau dia kecewa karena tak jadi memiliki keponakan dari kita. Mengatakan hal itu sambil menangis di hadapanku. Jadi, lebih baik kita pulang dan memberikannya keponakan.”

MWO?! Astaga wajahku pasti sudah sangat memerah sekarang. Siwon melirikku dengan tatapan nakal. Apa-apaan ini? Makan apa dia selama di luar negeri? Apa…kopi tadi memabukkan?

 

YYY

 

Choi’s House. August 2010 – 03:05PM.

“Yeobo, sudah menjenguk Heebon?” tanyaku dan Siwon menggeleng. “Kemarin dia dilarikan ke rumah sakit karena mencoba bunuh diri lagi. Pasti saat ini dia sangat membutuhkanmu. Datanglah jenguk dia!”

“Tapi…”

“Aku yang memintamu, jangan merasa tak enak. Ayo, sekarang bersiaplah!”

Siwon bangkit, masih memperhatikanku yang sibuk mempersiapkan diri. “Benar tak apa-apa?”

Aku menghentikan kegiatanku dan menoleh kemudian berjalan menghampirinya. Kutepuk bahunya dan mengusap dadanya yang bidang dengan kedua tanganku. “Dia sangat membutuhkanmu. Tapi, aku juga ikut!”

Siwon tersenyum lembut dan mengangguk.

Sesampainya di rumah sakit, kami mendapat kesulitan untuk masuk. Banyak sekali wartawan di sana. Belum lagi para penggemarnya yang berkumpul di depan halaman rumah sakit. Kebanyakan dari mereka menangis khawatir. Kata-kata Yuki berkelebat di pikiranku, “Menjadi artis adalah impian terbesarnya selama ini…” Entah kenapa perasaan bersalah itu tiba-tiba muncul lagi.

Setelah berhasil masuk ke dalam melalui pintu belakang, Siwon meninggalkanku dengan setengah berlari. Dia pasti khawatir. Biar bagaimanapun, dia mencintai gadis itu kan? Atau setidaknya mereka pernah bersama walau belum berstatus resmi menjadi kekasih. Oh, tidak! Ini mulai lagi. Mataku memanas. Aigoo, Chaesa, ini bukan waktunya untuk cemburu!

“Aku ke toilet,” pamitku.

Ne, aku ke sana duluan. Nanti kau menyusul, ya!”

Ne.”

Di toilet aku hanya mencuci tangan. Air mata yang menggenang di pelupuk mata tiba-tiba mengering ketika jarakku dengan Siwon menjauh. Berada di dekatnya memang membuatku lebih rajin menangis.

Kurapikan lagi riasanku dan bergegas menuju ruang rawat Heebon. Aku berjalan perlahan, memikirkan apa yang akan kukatakan nanti. Dia mencoba menghabisi hidupnya karena aku berkeras tak ingin melepaskan Siwon. Tapi, apa ini salahku sepenuhnya? Siwon pria pertama yang dekat denganku, dialah cinta pertamaku. Jika Heebon menganggap Siwon sebagai impian terbesarnya, maka harus kukatakan kalau aku dilahirkan untuk melengkapi kehidupan Siwon sebagai istrinya. Apa itu masih bisa dikatakan adil? Aigoo, jangan bilang kalau aku harus berbagi suami dengannya. Aku menentang keras poligami.

Berdiri di depan pintu seperti orang linglung. Menghitung kapan waktu yang tepat agar aku bisa masuk dan tak memotong perbincangan mereka. Sudah berapa lama aku di sini? Benar-benar bodoh. Saat ini Siwon masih berstatus sebagai suamiku. Seluruh keluarganya dengan suara bulat sudah menerima kehadiranku. Seharusnya hal itu membuatku lebih tenang tapi…entahlah…aku merasa belum memenangkan hati Siwon. Dan itu membuatku takut.

Tanganku terangkat dan berhasil mencengkeram pegangan pintu. “Rileks,” gumamku menenangkan diri. Kugeser pintunya dan…astaga…aku melihat suamiku tengah berciuman dengan Heebon. Aku tak menggubris mereka. Mataku terpaku melihat pemandangan laknat itu. Wajahku memanas, jantung bekerja dua kali lipat, dadaku sesak sekali. Air mataku meleleh, masih tanpa ekspresi.

Mereka mengakhiri ciumannya karena Heebon menyadari kehadiranku. Siwon yang bingung mengikuti arah pandang matanya dan sampai padaku.

“Chaesa-ya,” panggilnya terkejut dan buru-buru menghampiriku. “Tolong jangan salah paham!”

Aku masih diam karena syok. Siwon mengguncang-guncang tubuhku memastikan kalau aku mendengarkannya. Tapi sayang, tak ada satu pun dari kata-katanya yang berhasil menembus pikiranku. Kutepis tangannya, kulepaskan tanganku yang masih mencengkeram pegangan pintu lalu berbalik untuk pulang. Di sana, di ujung koridor kulihat Donghae sedang menyaksikan kami, atau lebih tepatnya menyaksikan Siwon yang memaksaku untuk mendengarkannya dengan mengguncang-guncang tubuhku. Dia berlari mendekati kami, di tangan kanannya terdapat sebuket bunga.

“Lepaskan! Kau menyakitinya,” pinta Donghae.

Siwon melepaskan tangannya dari bahuku. “Chaesa-ya,” panggilnya dan aku masih tak dapat berbicara. Lidahku kelu.

Donghae mengeluarkan saputangan dari saku celananya dan menghapus air mataku. “Uljima!”

“Biar aku saja,” ujar Siwon ketus namun Donghae menarik saputangannya.

“Kau pakai punyamu!”

Siwon merogoh saku celananya mencari saputangan tetapi nihil. Kemudian Donghae melemparkan buket bunganya ke dada Siwon dan menarik tanganku mengajak pergi dari sana.

“Bilang padanya kalau aku datang dan jangan melakukan hal bodoh lagi!”

“Tunggu! Kalian mau kemana? Chaesa akan pulang bersamaku,” cegah Siwon.

“Aku benar-benar muak denganmu. Selalu saja membuat istri sendiri menangis. Pikirkanlah kembali ucapanku saat di China dulu!”

Rahang Siwon mengeras dan setengah berteriak, “Andwae!

Donghae menarik tanganku. Siwon sempat akan mencegah kami pergi, namun Heebon memanggilnya. “Chaesa-ya,” panggilnya putus asa.

Aku menoleh padanya sekejap, setelah itu mengalihkannya pada Donghae yang tersenyum hangat sambil menggenggam tanganku.

 

YYY

 

Cheongdam Park – 06:40PM.

KUHAPUS air mataku yang baru saja selesai menangis sepuasnya di bahu pinjaman Donghae. Dia memberikanku sebotol air mineral dan berjalan menjauhiku menaiki sebuah ayunan. “Kau bilang mereka ciuman?”

Aku mengangguk.

“Sekarang bagaimana?”

“Apanya?”

“Apa yang akan kau lakukan?”

Aku menggeleng. Donghae menjauhi ayunan dan kini duduk di atas jungkitan, menatapku dengan tatapan penuh pikiran.

Wae?” tanyaku risih diperhatikan seperti itu.

“Aku baru menyadarinya ketika kau berlari mengejar Siwon di studio balet waktu itu. Jujur saja dadaku saat itu tiba-tiba sakit…”

“Kau mengidap penyakit?”

“Haisshhh, bukan itu! Tiba-tiba saja seperti ingin mengejarmu dan menyeretmu untuk tetap berada di sampingku, bukan mengejar Siwon.”

Aku mengerutkan dahiku. Bicara apa dia? Aku sama sekali tak mengerti.

“Oke, yang tadi berbelit. Begini, Chaesa-ya, aku pernah mengatakan sesuatu pada Siwon di China,” dia merubah posisi duduknya. “Kubilang kalau aku mencintaimu dan berniat merebutmu darinya…”

Aku tersedak dan menyemburkan air mineral yang sedang kuteguk. Di tengah batuk, kulirik Donghae yang wajahnya kini benar-benar memerah. Aigoo anak itu…

“Kau habis berapa botol sebelum ke rumah sakit?”

Dia menoleh dengan wajah sedikit kesal, “Justru aku yang ingin bertanya padamu, apa air mineral bisa memabukkan? Jangan jadi gila!”

“Kau yang gila. Kupikir serius, ternyata hanya lelucon untuk menghiburku. Oke, kau hebat, aku tertawa sekarang. Ayo, antar aku pulang!”

Dia menarik tanganku, “Aku tak bercanda. Aku sangat mencintaimu, Shim Chaesa.”

Aku menelan ludahku. Luar biasa untuk hari ini. Ada dua pria memberikanku kejutan mematikan. Kutarik tanganku dan melipatnya, buru-buru bergegas dari sana tetapi Donghae berhasil mengejarku.

“Aku mencintainya, Hae. Dialah seluruh hidupku,” ujarku saat Donghae berhasil menyenyajarkan langkahnya denganku.

“Dia bukan seluruh hidupmu. Tidak lagi. Sekarang dia harus menghadapi konsekuensi dari perbuatan dan rivalnya, aku!”

Kuputar bola mataku kesal, “Kau benar-benar nekat dan senang menyiksa diri sendiri.”

“Yep. Aku belajar darimu,” ujarnya dan kini dia menyentuh rambutku dan menciumnya.

“Bisa tidak kau bersikap lebih baik, paling tidak?”

Dia tertawa. “Tidak bisa. Chaesa-ya, aku tahu kau nyaman jika sedang berada di dekatku. Aku tak pernah membuatmu menangis setidaknya.”

“Kau benar,” bisikku.

“Jangan lupa kalau kau memiliki pilihan. Hidup menderita bersamanya atau bahagia bersamaku?”

“Tak ada, aku tak punya pilihan. Aku sudah ditakdirkan hidup bersamanya. Kumohon jangan paksa aku. Kau tahu sendiri seberapa besar cintaku padanya…”

“Sebesar cintamu padaku, Shim Chaesa.” Donghae tersenyum puas.

“Hae!”

Wajahnya berubah serius. “Chaesa kumohon!”

“Dia yang memiliki detak jantungku…”

“Karena kau yang mengizinkan dia untuk memilikinya. Jika aku yang memintamu, apa kau akan memberikannya?”

“Lee Donghae!”

“Chaesa, aku tak peduli betapa rendahnya aku sebagai seorang pria memohon mengemis pada seorang wanita bersuami sepertimu. Kau tetap memiliki pilihan. Akulah pilihan utamamu. Datanglah padaku jika kau sudah menentukan pilihan. Aku akan membawamu pergi ke tempat di mana dia tak dapat kau pandang.”

 

..to be continued..

 

 

Tags: , ,

19 responses to “Super Junior FanFiction: “Am I Marrying The Right Man? [Part VIII]“

  1. putri

    March 17, 2011 at 8:48 PM

    ooooh my goooosh! wohoo keren bangeeet ff nya authooor!
    T.O.P B.G.T !
    aaah aku kalo baca ff ini jadi berimajinasi sendiri, aaaaah~
    ayo author! teruskan karyamu, nd aku selalu jadi pembaca setiamu 😀
    author FIGHTING! *big hug*

     
    • diyawonnie

      March 25, 2011 at 8:48 PM

      pembaca setia?
      waaa makasih, putri^^/
      FF dibuat emang untuk berimajinasi…
      so, enjoy it^^/

       
  2. oyapia

    March 18, 2011 at 9:39 AM

    makin kebelakang makin mantep aja ni cerita…
    aku ngikutin terus lo ni cerita.. lanjut gan… 🙂

     
    • diyawonnie

      March 19, 2011 at 8:22 PM

      waaa makasih ya^^/

       
      • frida siwon

        March 22, 2011 at 7:01 PM

        eonni buat lg lanjutannya 😦
        lama bgt gg sabar

         
      • diyawonnie

        March 25, 2011 at 8:49 PM

        iya… tar yaa^^

         
  3. hyukbumnik

    March 19, 2011 at 3:59 PM

    aigoo. donghaeya. kalo chaesa eonni gamau, ama aku aja yuuu. *donghae: lu kan ade gw nik* hehe xD

     
    • diyawonnie

      March 25, 2011 at 9:35 PM

      hahaha… maunya..
      makasih yaaa~

       
  4. frida siwon

    March 21, 2011 at 11:38 PM

    eonni , cpt buat lagi ><
    gg sabar baca 😀 , ampek nangis2 ak baca T.T

     
    • diyawonnie

      March 25, 2011 at 9:39 PM

      ha? nangis?
      kekeke~
      iya… tar yaaa^^

       
      • superfrida

        March 26, 2011 at 5:15 AM

        ok ok 😉
        ak selalu menantikannya 😉

         
  5. AudiiFin

    March 27, 2011 at 8:14 AM

    Eon.. Lanjut…

    Udah gak sabar, hehehe *garing*

     
  6. ttaanniiaa

    March 28, 2011 at 12:59 PM

    onnieee ceritanya super super ngenaaa
    aku jd suka deg2an skrg klo liat donghae,pdhal donghae bukan biasQ
    ditunggu lanjutannya onniee
    hwaitingggg

     
  7. ririnbc

    March 31, 2011 at 11:28 AM

    Ceritanya bagus..kasian deh sama chaesanyaaa..
    Update lg dong author..:-)

     
  8. loPhLove_key

    April 4, 2011 at 11:31 PM

    kapan lanjutanNya.

     
  9. evaeva

    April 15, 2011 at 8:42 PM

    lanjoooott.
    aku juga pembaca setia nih.. #lho?
    cepet eonni lanjutannyaa

     
  10. mega

    April 18, 2011 at 8:32 PM

    ahh… siwon jahat gt sih, kapan lanjutannya di buat lg, aku penasaran bgt nih

     
  11. Pinkqueelf

    October 22, 2011 at 1:59 PM

    huhuhu bikin nangis ni cerita ,makin pnasaran gimana akhirnya

     
  12. nine

    January 15, 2012 at 10:14 PM

    wehh g nyangkaaaaa…
    lanjuuuuuuuutttt!!!!!!!!!!

     

Leave a reply to AudiiFin Cancel reply